Kamis, 10 November 2016

Revitalisasi Jiwa Kepahlawanan dalam Era Informasi

Sekarang kita bhidup pada zaman dimana era informasi sudah semakin mengglobalisasikan atau menyebarluas baik dalam media cetak ( koran ) elektronik  (Tv, Radio ) atau media sosial ( internet ). Tetapi pada saat ini informasi lebih mudah di dapatkan melalui internet. Dengan adanya internet inilah masyarakat sangat mudah mendapatkan informasi baik dari kalangan remaja, dewasa sampai orang tua. 

Dibalik mudahnya informasi yang didapatkan melalui internet, ada sisi negatif yang terjadi dan meracuni kalangan masyarakat termasuk remaja. kalangan remaja yang sudah banyak menjadi korban media sosial ( internet ). Semakin mudahnya mengakses informasi semakin banyak pula penyala gunaan yang terjadi, seperti penggunaan internet yang tidak memiliki etika atau tidak bertanggung jawab, seperti mengakses informasi yang salah contohnya seperti situs pornografi dan kriminal. maka disinilah pemikiran remaja semakin menjadi rusak dan teracuni oleh internet.

Maka dari itu sebaiknya kita harus berhati - hati dalam mencari informasi, seharusnya kita harus lebih teliti dan memilih informasi yang benar, agar kita tidak tercebur dalam hal yang negatif serta dapat menjadi penerus bangsa yang lebih baik kedepannya.

Rabu, 02 November 2016

Hikayat Kerbala dari Tanah Melayu

Meski tampak lusuh, kitab itu tetap terawat. Beberapa bagian yang robek coba ditautkan dengan sejenis perekat. Tiap-tiap lembarnya menebarkan wangi kapur barus yang menjaganya dari kerusakan. Tersimpan dalam ruangan bersuhu 16°C, seperti juga kisah di dalamnya, Hikayat Muhammad Hanafiah, nama kitab itu, memang tak lekang oleh zaman.
Tak banyak orang tahu bahwa hikayat berusia hampir empat ratus tahun ini menyimpan kisah sedih keluarga Rasulullah saw: kisah pembunuhan Hasan karena racun dan Husain di padang Karbala. Boleh jadi inilah catatan paling awal dalam bahasa melayu tentang peristiwa berdarah tersebut. Liau Yock Fang dari Jurusan Pengajian Melayu, Universitas Nasional Singapura, mencatat bahwa fragmen (sepanjang 60 halaman) hikayat ini sudah tersimpan di Perpustakaan Universitas Cambridge, sejak tahun 1604. Dalam salah satu bagian naskah yang dimiliki Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), tertulis tahun tahun 1191 H atau bertepatan dengan 1771 M sebagai waktu penyalinan naskah.
PNRI memiliki sembilan naskah Hikayat Muhammad Hanafiah. Beberapa halaman dari tiga naskah di antaranya telah lapuk dan hampir tidak dapat dibaca. Selebihnya naskah dalam kondisi yang baik dan tulisan di dalamnya jelas terbaca. Kesembilan bagian naskah ditulis di atas kertas Eropa dengan ukuran naskah rata antara 25 X 20 cm sampai 33 X 21 cm dan banyak baris sekitar 15 sampai 21 baris. Jumlah halaman bervariasi dari 170-an halaman sampai ada yang berjumlah 600 halaman. Semuanya ditulis dengan tulisan Arab Jawi dan dalam bahasa Melayu.
Sebagian besar peneliti meyakini Hikayat Muhammad Hanafiah berasal dari sumber Arab. Tapi, Filolog tenar asal Belanda, Van Ronkel punya cerita lain. Setelah menyelediki fragmen Cambridge, Ronkel berpendapat bahwa hikayat ini merupakan terjemahan dari bahasa Persia. Alasannya, pujian yang melimpah kepada kedua putra Ali, Hasan, dan Husain, pemakaian gelar pengembara untuk Nabi saw yang dalam bahasa Persia adalah nabi, dan kesesuaian isinya dengan dua naskah versia Persia yang tersimpan di British Museum. L.F. Brakel yang pernah menyunting Hikayat Muhammad Hanafiah untuk memperoleh gelar doktor kesusasteraannya dari Universitas Leiden mengukuhkan pendapat Van Ronkel dengan beberapa bukti baru.
Pertama, bahwa pembagian bab dalam naskah Melayu sama dengan naskah Persia. Kedua, dalam bahasa Persia, hubungan kekerabatan dalam bahasa Arab pada nama Muhammad bin Hanafiah, dinyatakan oleh apa yang dinamakan ezafat:e ‘yang tidak dinyatakan’ sehingga menjadi Muhammad Hanafiah. Karena mengabaikan ezafat:e tadi, penyalin Melayu telah salah menuliskan nama tersebut, yakni Muhammad Hanafiah bukan Muhammad bin Hanafiah. Ketiga, banyak nama orang yang ditulis dalam bentuk Persia, seperti Ummi Kulsum dan Immi Salamah.
Meskipun demikian, Brakel juga tidak memungkiri kemungkinan hikayat ini merujuk kepada sebuah kitab sejarah dalam bahasa Arab, Maqtal al-Husain, karya Abu Mikhnaf. Karya Abu Mikhnaf ini merupakan catatan paling awal karena sebagian besar sejarahwan Muslim merujuknya ketika menulis tentang pembantaian keluarga Nabi saw tersebut.
Tiap-tiap naskah Hikayat Muhammad Hanafiah berkisah tentang hal yang berbeda meskipun masih berkisar seputar terbunuhnya kedua cucu kesayangan Rasulullah tersebut. Naskah pertama paling banyak mengisahkan tentang gugurnya anak-anak Ali, seperti Hasan dan Husain di Karbala pada masa kekuasaan Yazid. Meskipun jelas, beberapa bagian tampak sudah lapuk dan robek. Isi naskah pertama ini sudah pernah ditransliterasi dan diberi penjelasan oleh seorang peneliti Belanda, Prof. Pijnappel pada 1870. Sayangnya PNRI tidak memiliki hasil penelitian itu.
Naskah kedua mengawali cerita dengan kisah nabi-nabi lama, mistik Nur Muhammad, kisah Fatimah dari Siria, masa muda Nabi Muhammad, pernikahan Nabi saw, hingga zaman Khalifah Ali. Naskah ketiga mengisahkan persahabatan Muhammad bin Hanafiah dengan beberapa orang. Ia mendapat luka dalam perang tetapi dengan keajaiban lukanya sembuh. Yazid dapat mengalahkan musuh-musuhnya lalu kemenakannya ditunjuk menjadi raja Damaskus dan kawin dengan cucu Abu Bakar. Akhirnya Muhammad Hanafiah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya seorang diri.
Berbeda dengan naskah-naskah yang lain, naskah keempat Hikayat Muhammad Hanafiah yang dimiliki PNRI memiliki cerita yang sangat berbelit-belit. Selain itu, bahasanya pun sukar dipahami. Naskah kelima merupakan bagian terpanjang, yakni mencapai 600 halaman. Tebalnya naskah ini, salah satunya, disebabkan oleh hurufnya yang sangat besar. Satu hal lagi, selain naskah keenam, yang kelima ini merupakan bagian yang memuat waktu penyalinan dengan lengkap, yaitu 11 Rabi’ul Awwal 1288 H.
Naskah yang keenam yang bertanggal 6 Sya’ban 1281 H ini memuat kisah kematian Yazid pada bab III, tetapi di dalamnya, tidak diceritakan kemenangan Muhammad bin Hanafiah yang banyak dibicarakan dalam naskah-naskah lain. Naskah ketujuh merupakan sebuah eksemplar yang baik meski sebagian rusak. Naskah ini mengisahkan tentang perikehidupan Nabi saw secara panjang lebar.
Naskah kedelapan dimulai dengan uraian tentang kewajiban-kewajiban bagi para pengikut Nabi saw, sementara kelahiran Hasan dan Husain baru terdapat pada halaman 88. Naskah terakhir memuat cerita peperangan antara Ali dengan Muawiyah, pembunuhan Hasan dengan racun dan Husain di padang Karbala oleh Yazid. Kemudian dilanjutkan dengan pembalasan dari Muhammad bin Hanafiah kepada Yazid. Yazid dapat dikalahkan tetapi Muhammad bin Hanafiah malang juga nasibnya. Ia mati bersama musuh-musuhnya dalam sebuah gua.
Dengan kandungan yang sarat nilai, naskah-naskah Hikayat Muhammad Hanafiah jelas sangat berharga untuk diteliti. Tetapi penelitian filologi yang menuntut keahlian interdisiplin tampaknya kurang diminati para peneliti dan mahasiswa kita. Justru peneliti asing yang banyak meneliti-meneliti naskah-naskah tersebut. Ibarat peribahasa “kacang lupa akan kulitnya”, kita kerap memandang sebelah mata terhadap warisan budaya nenek moyang. [irman abdurrahman]
Dan Muawiyah pun MenolakBeristri
Dari banyak kisah yang dituturkan dalam Hikayat Muhammad Hanafiah, peristiwa Karbala, termasuk cerita yang mengawali dan mengikutinya, paling banyak menyita halaman dari hikayat ini.
Bagian kedua ini biasa disebut dengan Hikayat Maqtal Husain. Berikut petikannya yang sengaja ditransliterasi sesuai ragam bahasa aslinya.
Tatkala Husain masih muda, ada malaikat yang kedua sayapnya tertunu, turun ke dunia. Husain menyapu bahu malaikat itu dengan tangannya. Dengan takdir Allah, sayap malaikat itu pun baik lalu ia kembali ke udara. Jibrail berkata bahwa malaikat itu tidak akan turun ke bumi melainkan pada waktu Husain dibunuh oleh segala munafik. Adapun semasa Hasan dan Husain masih kecil itu, Jibrail selalu turun ke dunia bermain-main dengan mereka. Sekali peristiwa, sehari sebelum hari raya, Jibrail membawa pakaian untuk Hasan dan Husain. Hasan memilih pakaian hijau dan diramalkan akan mati kena racun; Husain memilih pakaian merah dan diramalkan mati terbunuh di Padang Karbala. Muawiyah mendengar bahwa dari keturunannya akan lahir pembunuh cucu Muhammad dan bersumpah tidak mau beristeri. Pada suatu malam, ia pergi buang air dan beristinjak dengan batu. Zakarnya disengat oleh kala. Ia tidak terderita sakitnya. Menurut tabib, sakitnya hanya akan hilang jika ia berkawin. Maka berkawinlah ia dengan seorang perempuan tua yang tidak boleh beranak lagi. Dengan takdir Allah, perempuan tua itu melahirkan seorang anak yang diberi nama Yazid.
Setelah Ali wafat, Muawiyah menjadi raja. Sekali peristiwa, Muawiyah mengirim seorang utusan pergi meminang Zainab, anak Jafar Taiyar untuk menjadi isteri anaknya, yaitu Yazid. Zainab menolak pinangan Yazid, tetapi menerima pinangan Amir Hasan. Karena itu Yazid pun berdendam dalam hatinya, hendak membunuh Amir Hasan dan Amir Husain, bila ia naik kerajaan. Sekali peristiwa, Yazid ingin berkawin dengan isteri Abdullah Zubair yang sangat baik parasnya. Muawiyah berja menipu Abdullah Zubair menceraikan isterinya. Isteri Abdullah Zubair tiada mau menjadi isteri Yazid. Sebaiknya, isteri Abdullah Zubair itu berkawin dengan Amir Husain. Yazid makin berdendam dalam hatinya, “Jika aku kerajaan, yang Hasan dan Husain itu kubunuh juga, maka puas hatiku.”
Maka berapa lamanya, Muawiyah pun matilah dan kerajaan pun jatuh ke tangan Yazid. Mulailah Yazid melaksanakan niatnya untuk membunuh Amir Hasan dan Amir Husain. Ia berhasil memujuk seorang hulubalang di Madinah (menurut suatu cerita, salah seorang isteri Hasan sendiri) meracuni Hasan. Setelah Hasan wafat, pikirannya tidak lain daripada membunuh Husain saja. Ia mengirim surat kepada Utbah, seorang hulubalang di Madinah, dan memintanya membunuh Husain dengan menjanjikan harta dan anugerah. Seorang hulubalang yang bernama Umar Saad Malsum juga dikirim untuk membunuh Utbah. Biarpun begitu, Utbah masih tidak berani membunuh Husain. Katanya jika Husain ada di dalam Madinah, mereka tidak dapat mengalahkannya. Karena itu mereka meminta raja Kufah, Ubaidullah Ziyad namanya, supaya menipu Husain ke Kufah. Husain menerima jemputan raja Kufah untuk pergi ke Kufah. Ummi Salamah mengingatkan Husain tentang bahaya yang mengancamnya. Pada malam itu Husain juga bermimpi berjumpa dengan segala nabi dan malaikat. Nabi Muhammad memberitahu bahwa surga sudah berhias menantikan ketibaannya. Sungguhpun begitu, Husain berangkat juga ke Kufah bersama-sama dengan pengikutnya yang tidak banyak itu.
Hatta berapa lamanya sampailah mereka ke suatu tempat. Unta dan kuda Husain merebahkan dirinya, tiada mau berjalan lagi. Mereka lalu mendirikan kemah di situ. Adapun segala kayu yang mereka tetak, berdarah balak. Baharulah mereka ketahui bahwa tempat itu ialah Padang Karbala, tempat kematian Husain yang diramalkan Nabi Muhammad dahulu. Hatta mereka pun kekurangan air, karena air sungai sudah ditebat oleh tentera Yazid. Air yang di dalam kendi kulit juga sudah terbuang, karena digorek tikus. Apa boleh buat. Terpaksalah mereka menahan dahaga yang sangat. Maka mulai peperangan itu. Pengikut Husain, satu demi satu syahid. Akhirnya anaknya sendiri, Kasim dan Ali Akbar, juga mati. Barulah ketika itu Husain teringat meminta bantuan kepada saudaranya, Muhammad Hanafiah, yang menjadi raja Buniara. Sesudah itu ia pun terjun ke dalam medan perang. Banyak musuh dibunuhnya. Sekali peristiwa, ia berjaya menghampiri sungai. Biarpun begitu, ia tidak meminum air itu, karena teringat kepada sahabat taulannya yang mati syahid disebabkan dahaga itu. Maka Husain pun lemahlah lalu gugur ke bumi. Betapa pun demikian, tiada seorang pun berani menghampirinya. Akhirnya Samir Laain yang susunya seperti susu anjing lagi hitam itulah yang maju ke depan dan memenggal leher Husain. Adapun Husain syahid itu pada sepuluh hari bulan Muharam, harinya pun hari Jumaat. Tatkala Husain syahid itu, arasy dan kursi gempar, bulan dan matahari pun redup, tujuh hari tujuh malam lamanya alam pun kelam kabut.
Setelah Husain syahid, maka segala isi rumah Rasul Allah terampaslah oleh tentera Yazid. Akan tetapi, seorang pun tiada berani menghampiri Ummi Salamah. Seorang lasykar yang merampas anak perempuan Ummi Salamah, dengan kudrat Allah, matanya menjadi buta. Yazid berjanji akan memberi diat kematian Husain, jika Ummi Salamah rela dengan dia. Ummi Salamah menolak. Yazid sangat marah. Apabila Fatimah, anak perempuan Ummi Salamah, meminta air minum, yang diberikannya ialah kepala Husain yang diceraikan dari badannya.


Sistematis makalah

Berikut ini merupakan susunan dalam pembuatan makalah :

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ( jika ada )
DAFTAR GAMBAR ( jika ada )
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I  PENDAHULUAN
            A. latar belakang masalah
            B. rumusan masalah
            C. Tujuan
            D. Manfaat

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan teori - teori yang relavan yang dapat diguanakan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan makalah yang diajukan.

BAB III PEMBAHASAN
Mendemonstrasikan kemampuannya dalam menjawab masalah yang diajukan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan adalah makna yang dilakukan penulis terhadap hasil uraian yang telah dilakukan dalam bagian isi. dalam mengambil kesimpulan tersebut penulis tentusaja harus kembali ke permasalahan yang telah diajukan dalam bagian pendahuluan.

B.Saran
Saran yang diajukan  hendaknya selalu bersumber pada kesimpulan. yang artinya, saran hendaknya tidak keluar dari kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Tips untuk berkendara dengan aman dalam mobil

Tindakan pencegahan penting untuk keselamatan 


  • kenakan selalu sabuk pengaman anda
sabuk pengaman merupakan perlindungan terbaik untuk semua jenis tabrakan. airbaag hanya sebagai tambahan untuk sabuk pengaman, tapi tidak menggantikan fungsi sabuk pengaman.. jadi,, meskipun kendaraan anda dilengkapi dengan airbag, anda dan penumpang juga harus mengenakan sabuk pengaman dengan benar.

  • pengamanan untuk anak 
anak yang berumur 12 tahun  kebawah dianjurkan untuk duduk dikursi belakang dengan diberi pengaman, bukan dikursi depan. bayi dan anak harus diberikan pengamanan dalam bentuk pengamanan anak. anak yang lebih besar harus memakai kursi anak dan sabuk pengaman panngkuan/bahu sebelum mereka dapat memakai sabuk secara benar  tanpa kursi anak.

  • jangan minum minuman keras sambil mengemudi
janganlah anda meminum minuman yang beralkohol  ketika akan mengemudikan kendaraan. meskipun hanya seteguk, alkohol dapat mengurangi kemampuan respon anda terhadap  perubahan kondisi, dan waktu reaksi anda semakin bertambah buruk setiap penambahan minuman. jadi jangan meminum  minuman keras sebelum mengendarai kendaraan.

  • perhatikan dengan benar tugas anda dalam berkendaraan secara aman
melakukan percakapan telepon seluler atau kegiatan lainyang mengalihkan perhatian anda dari konsentrasai terhadap jalan, kendaraan lain, dan pejalan kaki dapat menyebabkan kecelakaan. harap diingat, ssituasi dapat berubah dengan cepat, dan hanya anda yang dapat memutuskan kapansaat yang aman untuk membagi perhatian anda saat mengemudi.

  • kendalikan kecepatan anda
kecepatan tinggi merupakan faktor utama penyebab kecelakaan dan kematian yang diakibatkan tabrakan. biasanya, semakin tinggi laju kendaraan,, maka semakin tinggi pula resiko kecelakaan, meskipun kecelakaan bisa saja terjadi pada kecepatan yang rendah,. jangan mengendaraai dengan cepat jika kondisi tidak memungkinkan, meskipun anda belum melewati batas kecepatan maksimum di jalan.

  • jaga kendaraan anda dalam kondisi aman
mengalami pecah ban atau kerusakan mekanis dapat sangat membahayakan. untuk mengurangi kemungkinan hal tersebut, periksa tekanan dan kondisi ban anda seecara teratur, dan lakukan jadwal perawatan kendaraan anda secara teratur.


sejarah kerajaan cantung

Kerajaan Tjangtoeng dan Batoe Litjin (Kerajaan Cantung dan Batu Licin) adalah kerajaan pecahan dari Kerajaan Tanah Bumbu, wilayah kerajaan Cantung dan Batu Licin mencakup daerah aliran sungai Cantung dan daerah aliran sungai Batulicin serta daerah sekitarnya.


Penguasa pertama kerajaan ini adalah Ratu Intan I puteri Ratu Mas, Ratu Mas adalah penguasa terakhir Kerajaan Tanah Bumbu, yang kelak terpecah menjadi beberapa wilayah kerajaan-kerajaan kecil.

Pada Tahun 1870 Kerajaan Tanah Bumbu dibagi kepada anak-anak Ratu Mas yaitu Pangeran Prabu dan Ratu Intan I, Pangeran Prabu memperoleh wilayah utara Kerajaan Bangkalaan, sedangkan wilayah selatan diberikan kepada Ratu Intan I.

Pada tahun 1861 wilayah Kerajaan Batoe Litjin dan Tjangtoeng (Kerajaan Batu Licin dan Cantung) menjadi suatu wilayah pemerintahan Swapraja yang dikepalai seorang Bumiputera, bagian dari Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe.

Dalam Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, di bawah kekuasaan Asisten Residen GH Dahmen yang berkedudukan di Samarinda, pemerintah daerah Swapraja tersebut dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera yaitu Pangeran Syarif Hamid.

Batoe Litjin dan Tjangtoeng (Batulicin dan Cantung) masing-masing merupakan daerah-daerah landschap dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178, pada masa Republik Indonesia Serikat, wilayah ini termasuk ke dalam kesatuan kenegaraan Federasi Kalimantan Tenggara.

Sekarang wilayah Wapraja ini menjadi Kecamatan Hampang Kotabaru , Kecamatan Kelumpang Hulu Kotabaru dan Batu Licin Tanah Bumbu serta kecamatan-kecamatan pemekarannya. Batulicin sekarang merupakan ibukota dari Kabupaten Tanah Bumbu.

Kepala Pemerintahan saat itu, Ratu Intan I anak Ratu Mas, menjadi Ratu Tjangtoeng I dan Batoe Litjin I (1780-1800) dan menikah dengan Sultan Anom dari Paser (dikenal sebagai Sultan Dipati Anom Alamsyah Aji Dipati (1768-1799).

Raja Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830) atau (18xx-1825) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung, Batulicin. Gusti Besar berkedudukan di Cengal. Cantung dan Batulicin diwarisi dari bibinya yaitu Ratu Intan I. Gusti Besar menikahi Aji Raden Bin Aji Negara (Sultan Sepuh 1 Alamsyah). Dan Sultan Sulaiman dari Paser menganeksasi Cengal, Manunggul, Bangkalaan, serta Cantung, tetapi kemudian dapat direbut kembali oleh Aji Jawi.

Sedangkan Gusti Muso  (tidak ada keterangan)

Kemudian Raja Aji Jawi (1840), (putera Gusti Besar) (1825-1840), dan Pangeran Aji Jawi (Aji Djawa) (1840-1841) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung dan Batulicin.

Perlu diketahui pada mulanya Cengal adalah daerah pertama yang berhasil direbut kembali, kemudian Manunggul dan Sampanahan sedangkan Cantung diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Katapi puteri Gusti Muso, penguasa Cantung sebelumnya yang ditunjuk ibunya.

Kemudian Bangkalaan diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Kamil puteri dari Pangeran Muda (Gusti Kamir) penguasa Bangkalaan sebelumnya yang ditunjuk ibunya.

Belakangan Sampanahan diserahkan kepada pamannya Pangeran Mangku (Gusti Ali) yang memiliki pewaris laki-laki bernama Gusti Hina.

Sedangkan Raja Aji Mandura menganeksasi Buntar Laut, dan sepeninggal Gusti Dandai yang tidak memiliki ahli waris, Aji Madura menikah dengan Ratu Jumantan (anak Pangeran Prabu Nata, Raja Sampanahan) dan memiliki keturunan Aji pangeran kusumanegara (1864-1929).

Pangeran Abdul Majid Kasuma dan Pangeran Kusumanegara / Aji Darma (tidak ada keterangan).






- Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia

http://www.gemasaijaanonline.info/